Revitalisasi Kampung Adat di Beo Ruteng Pu’u Manggarai Nusa Tenggara Timur
DOI:
https://doi.org/10.47861/jdan.v3i1.1902Keywords:
Revitalization, Form, Traditional-VillageAbstract
Revitalization of traditional villages is one of the efforts to preserve local culture, which is now being actively promoted in various regions, including in Beo Ruteng Pu’u, Manggarai, East Nusa Tenggara. This study aims to describe the form of revitalization taking place in the traditional village of Beo Ruteng Pu’u. The theoretical framework used in this research is Anthony F.C. Wallace’s Revitalization Movement Theory, which helps to understand both the forms of revitalization. A qualitative research method was employed, with data collected through observation, in-depth interviews with traditional elders, members of the Beo Ruteng Traditional Institution, and local residents, as well as document analysis. The findings reveal that the revitalization program includes physical improvements to the traditional village, such as repairing damaged structures and constructing access roads as part of a cultural romanticism movement. Non-physical developments also accompany the physical revitalization, including the strengthening of customary values and increasing cultural knowledge among the younger generation. Overall, the revitalization in Ruteng Pu’u serves as an example of successful development based on local culture. The synergy between formal structures and traditional wisdom has made the development process more meaningful and sustainable.
References
Biantoro, S., & dkk. (2020). Pengembangan indeks pembangunan kebudayaan. Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. https://repositori.kemdikbud.go.id/21584/1/Puslitjak_2020_26_Pengembangan_Indeks_Pembangunan_Kebudayaan.pdf
Budiono, A., & dkk. (2005). Revitalisasi lingkungan permukiman tradisional. Departemen Pekerjaan Umum.
Harjito, T., & Suwandi, A. (2019). Konservasi budaya melalui pelestarian rumah adat sebagai identitas lokal. Jurnal Arsitektur Nusantara, 11(2), 101–112. https://doi.org/10.31289/jan.v11i2.3476
Kurniawan, Y., Suarsana, I. N., & Aliffiati. (2024). Transformasi Mbaru Gendang di Kampung Ruteng Pu’u. Sunari Penjor: Journal of Anthropology, 8(1). https://doi.org/10.24843/SP.2024.v8.i01.p01
Latif, M., & Rahmah, A. (2021). Integrasi kearifan lokal dalam kebijakan pembangunan daerah berbasis budaya. Jurnal Masyarakat dan Budaya, 23(1), 35–50.
Nugroho, M. S., & Wibowo, R. A. (2020). Peran arsitektur tradisional dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia Timur. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, 16(1), 55–66.
Purwadi, & Aliffiati. (2018). Simbolisasi kesetaraan gender dalam rumah tradisional Manggarai Flores [Laporan penelitian]. Program Studi Antropologi, Universitas Udayana.
Suryani, R., & Hidayat, T. (2022). Revitalisasi arsitektur tradisional sebagai media pendidikan karakter generasi muda. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 27(4), 419–432. https://doi.org/10.24832/jpnk.v27i4.625
Yuliani, E. (2018). Analisis nilai-nilai kearifan lokal dalam struktur rumah adat Minangkabau. Jurnal Antropologi Indonesia, 39(3), 245–258. https://doi.org/10.7454/ai.v39i3.8521
Zebua, M. T., & dkk. (2022). Kearifan lokal dalam pembangunan studi kasus: Revitalisasi bangunan tradisional di Ilaga, Kabupaten Puncak-Papua. Dinamis, 19(2), 76–86. http://ojs.ustj.ac.id/dinamis/article/view/1111